Sabtu, 21 Maret 2015

~Gomen... na.. sai..~

Author : Harusnya hari ini Belut pergi ketempat yang tak akan bisa menjangkau alat komunikasi. Tetapi dikarenakan adanya suatu hal, maka dia ada disini. Dia akan menceritakan kejadian-kejadian hari ini yang membuat ia kembali.
Belut   : Kebanyakan cingcong.. -____-
Author : Ahahaha. Baiklah, kita mulai saja.
Let's start the story

----------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Sabtu, 21 Maret 2015

Seharusnya hari ini aku pergi ke biara, tetapi dari kemarin tidak dapat kabar dari paroki. Pagi ini, aku mendapat 6 panggilan masuk. Persis jam 8.19 a.m. Ini paroki bukan si? -_-" Dan mamaku bilang "Udahlah gak usah ikut. Orang acaranya jam 8.30 Malah baru ditelpon sekarang, kan gak bener." Akhirnya malah diomelin. Wakakak.. :|

Akhirnya aku memilih untuk meninggalkan hapeku. (Lagi?) Lagian siapa yang mau nyariin?

Papaku mengajak kami sekeluarga jalan-jalan. Ke Balee... Yeeeeehhh~ Yailah itu nama mall deket sini. Bukan Bali kok. Wkwkwkw.

Kami sekedar mencari makan dan melihat-lihat. Kebetulan mamaku ingin ke gramed. Mencari sebuah kado untuk anak kecil. Dia ulang tahun kemarin. Sesaat aku melihat tumpukan komik di sebrang (?) Naruto 68, Conan 82, dan Kuroko 11 dan 12 menjadi incaranku. Karena duit tidak mendukung, akhirnya itu menjadi peer untukku.

Sesampai di rumah, aku memilih untuk tidur. Aku lelah. Cuma itu. Sunyi, hal itu yang medukungku untuk tidur.

.
.
.
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Sesak.. Takut.. Ini dimana? Siapa saja.....

Aku berjalan diantara pohon cemara yang begitu tinggi, diselimuti salju putih yang dingin hendak menusukku. Tak ada siapa-siapa.

Mantel yang berwarna coklat kemudaan dengan kolaborasi putih dengan beberapa kancing bulat yang terbuat dari kayu, serta hoodienya yang dilengkapi dengan pita dan bulu tebal membalut tubuh ini. Aku berjalan tak tentu arah. Berusaha memecahkan segala misteri yang ada di hadapanku sendirian.

Aku hanya membawa sebuah kunci, dan aku berjuang mencari jawaban atas "untuk apa kunci ini?" Aku mencari hingga ke tempat ini. Hutan yang tak kenal ampun. Salju terus saja menutupi pandanganku. Pemandangan yang kulihat terasa sama saja. 

.
.
.

Aku harus bagaimana?

.
.
.

Awal dari perjalananku. Ada seseorang yang mengenakan mantel hitam dan hat magic hitam. Menghampiriku dan membawaku dengan mobil sedan hitamnya. Dia memintaku untuk memecahkan sebuah misteri yang tak ada ujungnya. Suatu hal yang beresiko, tetapi aku menerimanya.

Banyak hal aneh sepanjang aku mencari petunjuk. Dari bangku yang bergerak sendiri. Tulisan melayang. Hingga sesuatu yang mencekam hendak memakanku. Tetapi aku dan pria itu dapat melewatinya dengan sempurna.

Sampailah aku ke salah satu misteri, misteri yang harus aku sendirian yang menyelesaikannya.

.
.
.

Dalam keadaan mencekam dan hawa dingin yang menusuk. Aku berlari menuju dermaga. Jalan yang terbuat dari kayu itu menbuat suara yang bising. Aku berlari diatasnya.  Menuju sebuah tempat lilin yang berdiri kokoh. Aku yang diincar bayangan hitam dan aku harus cepat menemukan apa yang kucari. Didalam tempat lilin itu banyak hal yang di kunci. Kukenakan segala kunci yang kutemukan selama pencarian petunjuk. Dan aku berhasil. Pria itu menghilang. Apakah? Dia tertangkap?! Kulihat benda kecil di tanganku.

Aku menemukan kunci lagi.

.
.
.

Akhirnya kunci itu membawaku sampai ke tempat ini. Hutan cemara yang tak ada unjungnya. Dingin. Seakan-akan aku seperti ditusuk-tusuk. Apa ini? Hutannya seakan berbisik padaku. Mengerikan. Dingin yang mencekam ini. Tak ada seorang pun.

.
.
.

Sou daa nee, I'm a solo player.

Dan aku pasti bisa melewatinya sendiri!

.
.
.
.

Aku berlari secepat yang kubisa. Kulawan semua yang menghadangku dengan tebasan pedang yang kubawa di balik mantelku. 

Ya, aku bisa. Tanpa bantuan siapapun. Sama seperti dulu.

.
.
.

Sampailah aku di depan sebuah pohon cemara yang berbeda sendiri. Disekitarnya terdapat tulisan yang melayang kemudian menghilang.

"What do you want? and wh-" Tulisannya memudar. Aku tidak bisa membacanya dengan jelas. Kupertajam mataku.

"Where are y-" Where.. Are.. You? Apa itu maksudnya? Aku? Aku dimana?

srekkk.. sreekkk..

Pohon itu mendekat?! Aku hendak mengambil pedangku. Tetapi apa ini?! Aku tidak bisa bergerak sedikitpun. Apa ini?! Apa yang harus aku lakukan?! Apa aku akan mati disini. TIDAK! Aku tidak boleh mati disini. Karena misteri ini harus aku selesaikan!

Pohon itu semakin mendekat. 5 meter.. 5, 65 meter.. Semakin.. Semakin dekat.. 3 meter... Sial. Aku masih tidak bisa bergerak. 2 meter. Pohon itu mulai menunjukkan giginya. Dia bukan pohon. TAPI MONSTER!

Apa aku akan mati disini? 

.
.
.

Tiba-tiba ada seorang laki-laki, sepertinya sepantaran denganku. Rambutnya pendek dan lembut berayun mengikuti gerakannya. Kulitnya putih. ditutupi mantel hitam yang hoodienya terdapat bulu lembut berwarna agak kecoklatan. 

Ia mengenakan sebuah kalung yang berbentuk gembok emas kecil dengan hiasan diamond berbentu semanggi berdaun 4. Sama seperti kunci yang sedang kupegang erat dengan seluruh kekuatanku.

Ia berlari sangat cepat menuju arahku. Apa dia berniat untuk membunuhku dengan sekali serang?

Tidak.

.
.
.

Dia memeluk erat tubuhku dengan satu tangannya. Tangan kanannya yang memegang sebuah pedang hitam menghunus pohon yang jaraknya tidak sampai semeter dari tempatku berdiri. Angin dari hunusan pedangnya menerbangkan pohon itu.

Dan terdengar suara rendahnya yang tidak asing ditelingaku.

"Kamu tidak apa?"

Matanya yang coklat menatapku. Mataku yang hitam sudah terlihat berkaca-kaca. Ia menjatuhkan pedangnya dan memelukku dengan erat. Hangat. Itu yang kurasakan darinya. Baunya yang tidak asing ini, menenangkanku.

Air mata yang tidak bisa terbendung ini. Mengalir dengan derasnya hingga membasahi mantelnya. Bukannya melepasku, ia malah semakin erat. Dengan jemarinya, ia mengelus rambutku dengan lembut.

Aku telah menemukan apa yang kucari.

--------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Aku terbangun dari tidurku. Aku buru-buru melihat jam. Sudah menunjuk pukul 05.45 p.m. Aku kaget pipiku sudah dibasahi air mata. Aku.. Menangis sambil tertidur?

Perasaan yang begitu hangat. Aku tak bisa berhenti menangis. Kupeluk gulingku dengan eratnya. Kupanggil namanya. Tak ada tanda-tanda bahwa air mata ini akan berhenti. Malah semakin derasnya.

Suhu tubuhku meningkat. Sesak rasanya. Perih yang begitu menusuk. Sou ka, aku merindukannya.

.
.
.

Aku pun mengambil hapeku. Terdapat pesan masuk. Darinya. Ia ingin meminta maaf. Seketika air mataku berhenti dan kuputuskan untuk menelfonnya. Setelah kunyalakan wifi-ku, ku buka jejaring sosial dan terlintas di pikiranku kata-katanya. . .

"Klo mau telfon, usahakan penting."

Tanganku gemetar dan tak sengaja hapeku terjatuh dari tanganku. Aku tak berani. . . untuk menelfonnya. Kuterduduk dan kupeluk erat gulingku. Dan aku kembali menangis.

Ini... Kan... Gak penting.. desho?

.
.
.

Gomen.. na..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar