Selasa, 17 Maret 2015

~Life isn't Simple || am I Wrong, Life in This Era?~

Hari ini.. Biasa saja. Aku bosen. Itu saja.
(Author : Ni Belut kenapa wee?? :o)
Tidak ada apa-apa.
(Author : Yakin nih lut mau update sekarang?)
Ya.
(Author : Ba-baiklah..)
Let's start the story

---------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Selasa, 17 Maret 2015

Hari ini, aku merasa bosen. Itu saja. Entah ada yang lain. Tetapi apa? Aku masih tidak mengerti apa arti dibalik semua keanehan dunia ini. Apa aku yang aneh? Who knows and who cares?

Hapeku kutinggal di sekolah. Sedang ada masalah dengan salah satu siswa yang menyelundupkan hape. Lalu kenapa ke aku? Karena pelakunya tidak mengaku, kena ke satu kelas. Cara untuk memancing pelaku agar mengaku. Mengambil kepentingan orang lain untuk menyelesaikan sebuah masalah. Cara yang cukup jitu.. I think, tetapi cukup licik juga.

Mengapa aku bilang licik? Karena cara ini melibatkan psikis. Adanya tekanan dari teman-temannya yang menjadi korban akibat pelaku melakukan hal  tersebut, menyudutkan perasaannya, dan menyuruhnya untuk mengaku sendiri. Sang hakim hanya terduduk menunggu pelakunya datang sendiri. Tanpa melakukan hipotesis. Cara yang cukup mengirit tenaga.

Aku benar-benar tak tahan disini dan aku memilih pulang. Rere yang sedang sakit juga ikut pulang bersamaku. Yang lain? Mereka masih menunggu hape dan melakukan kegiatan yang lain. Hape, desu ne? Kutinggal saja. Lagi pula aku tidak berniat menyalakan hape. Hape selama ini hanya kugunakan untuk mendengarkan lagu. Komunikasi? Untuk beberapa hari ini tidak kugunakan. Aku merasa, lebih enak seperti ini.

.
.
.

Sepulang dari sekolah, aku langsung mandi dan membuat makanan. Aku lapar. Itu saja. Tak ada sesuatu yang bisa kumasak selain mie rebus dan telor. Yasudah, kumakan saja. Rasanya kurang pas mie rebus di hari yang cukup panas ini.

Kurebahkan tubuhku di kasur. Apa sih yang aku pikirkan? Hape? Hape paling dititipkan ke guru. Kalau ilang tinggal bilang, "Kan sudah ada di anda, mengapa saya harus khawatir? Anda yang telah merencanakan hal ini, sudah pasti memiliki tanggung jawab atas hal itu, desho?" Aku meninggalkan hapeku juga sudah memikirkan kemungkinan yang akan terjadi.

Aku memejamkan mataku. Tak terasa aku sudah tertidur. Tak ada kebisingan yang dapat membangunkanku. Aku seperti tertelan ke dasar bumi. 

Aku melupakan apa yang terjadi sesaat aku tertidur. "Kamu seperti ke dunia lain saja," sahut mamaku. Aku benar-benar lupa telah memimpikan apa. Sepertinya sesuatu yang penting. Tetapi apa? Semakin keras aku berusaha mengingatnya, tak ada satupun ingatan yang terlintas. Mimpi apa yang baru saja kualami? Mungkin mimpi perjalanan yang panjang sekali. Aku bangun persis jam 20.15. Tidak kurang tidak lebih. Pas. Setelah sadar, suhu ruangan terasa lebih panas dari biasanya. AC-nya mati. Hem..

.
.
.

Aku memilih bangun dari tempat tidurku. Kulihat disekeliling lampunya dimatikan. Tak ada orang. Kuberjalan perlahan ke ruang tamu. Mamaku terduduk di sofa. Yang lain? Papa belum pulang dan adekku main di rumah temannya. 

Aku pun memilih untuk makan. Aku merasa tak nafsu. Tak banyak yang kumakan. Sudah biasa.

Aku hanya merasa kehilangan. Hampa. Apa sih? Sudahlah.

Aku merasa an-sos. Sepertinya aku yang memilih untuk an-sos. Kenapa? Aku hanya merasa aneh disini. Apa aku tidak salah hidup di jaman ini? Dan untuk apa aku hidup? Jika aku pergi, mungkin juga tak kan ada yang peduli.

.
.
.

Oh, sesaat aku teringat. Di sekolah, aku ditawari untuk Live in di Biara. Tanggal 21-22 Maret ini. Biara, desho? Tempat dimana menjadi seorang suster. Yang artinya, hidup seutuhnya untuk Tuhan. Dan yang pasti tidak menikah. Apa.... Lebih baik aku kesana, ya? Aku masih agak ragu. Tumben sekali ada ajakan seperti ini. Apa aku ikut saja ya? Apa memang Tuhan sengaja memanggilku dengan cara seperti ini?

Terlintas di benakku untuk menjadi seorang biarawati. Mungkin orang tuaku tidak akan setuju dengan hal ini.

Menikah, ya? Aku... Sudah tidak membayangkan hal itu. Entah kenapa... Aku mengurungkan niatku untuk menikah. Lagi pula itu masih lama. Sepertinya pemikiran ini tidak akan berubah. Karena.. Tak kan ada yang lain.

.
.
.
 
-------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Author : Lut, nani ga mondai desu ka?
Belut   : Iie, nandemonai.
Author : Hontou ni?
Belut   : Hai.
Author : *merinding* Haoooo maaaaaa.. (?) JAA MATA ASHITAA! /o/

Nyul

Tidak ada komentar:

Posting Komentar